Tuesday, February 28, 2012

MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK


MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK

Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi  peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan takwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Th 2003 tentang Sisdiknas pasal 3).
Begitu idealnya tujuan pendidikan nasional kita demi membentuk SDM yang bermutu, tentunya untuk mencapai tujuan tersebut harus melalui pendidikan yang bermutu pula. Berbagai upaya telah dilakukan sebagai konsekuensi agar tujuan pendidikan  dapat tercapai dengan baik. Misalnya saja dengan dikeluarkannya PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam pasal 26 ayat 1 dijelaskan bahwa pada jenjang pendidikan dasar Standar Kompetensi Lulusannya untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan dapat mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam pasal 19 ayat 1 dijelaskan bahwa  proses pembelajaran harus dilakukan secara intensif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, mengembangkan prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Mengacu pada harapan-harapan sebagaimana digambarkan di atas maka guru  dituntut agar memiliki kemampuan untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional (PP 19 tahun 2005 pasal 28). Selain guru pihak orang tua juga harus turut serta  bekerjasama dengan pihak sekolah sebagaimana ditegaskan dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 7 bahwa orang tua  berperan serta  dan berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.
Sejalan dengan ketentuan-ketentuan tersebut di atas sebenarnya apa yang dapat dilakukan oleh guru dan para orang tua dalam  membentuk dasar-dasar mental pendidikan  anak-anak kita tercinta agar memiliki pondasi dan kemauan belajar yang kuat ?
Pendidikan dasar adalah pondasi dan merupakan pendidikan yang melandasi pendidikan yang lebih tinggi. Berhasil tidaknya seorang anak menempuh pendidikan yang tinggi tergantung pada berhasil atau tidaknya para guru dan orang tua memberikan pendidikan dasar kepada anak. Dengan demikian begitu penting dan menentukannya  pendidikan dasar ini sebagai landasan untuk dapat menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.  Oleh karena itu, guru-guru bekerja sama dengan para orang tua murid harus dapat memberikan pendidikan yang terbaik ditinjau dari kacamata kepentingan anak.
Yang sering terlupakan oleh para guru maupun para orang tua bahwa untuk keberhasilan sekolah anaknya cenderung dengan cara menjejalinya dengan materi-materi pelajaran. Lebih celakanya lagi bila si anak sampai merasa lelah, jenuh, trauma, yang akhirnya berontak sampai mogok belajar karena merasa berat dengan beban belajar yang dipaksakan di luar kemauan dan kemampuan anak. Harapan untuk mencapai suatu prestasi bisa jadi malah sebaliknya suatu kegagalan yang didapat.
Perlu dicermati bahwa anak adalah individu yang dinamis, bukan benda mati seperti gelas yang siap untuk diisi air semau tuannya tanpa ekspresi. Anak adalah seorang individu yang penuh potensi untuk dikembangkan secara bijaksana sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Sebenarnya tidak sulit untuk mengembangkan dan memupuk kemauan belajar siswa, asalkan guru maupun orang tua dapat melakukan pendekatan-pendekatan yang tepat. Guru dan orang tua harus dapat menumbuhkan motivasi dalam diri anak agar menyenangi hal-hal yang positif termasuk belajar. Seorang anak yang telah tumbuh motivasi belajarnya, tanpa disuruh pun ia akan giat belajar sendiri bahkan kita akan kewalahan memenuhi ajakan anaknya yang mau belajar. Dan bila anak sudah semakin dewasa ia akan mempunyai semangat yang tinggi serta tanggung jawab sendiri terhadap kewajiban belajarnya.
Jadi, permasalahannya bagaimana caranya agar kita sebagai guru dan orang tua dapat memotivasi belajar anak-anaknya ?
Tentang motivasi banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Salah satu pengertian motivasi yang cukup mewakili berbagai pendapat, dikemukakan oleh Robin bahwa motivasi adalah suatu proses yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan (Kiki F. Wijaya, 2007). Dari pengertian ini ada tiga kata kunci (key word), yaitu intensitas, tujuan, dan ketekunan.  Intensitas menyangkut seberapa keras seseorang melakukan usaha. Dikatakan memiliki motivasi yang tinggi jika mampu menggunakan berbagai sumber daya yang ada secara maksimal.  Tetapi, intensitas yang tinggi belum tentu membawa hasil yang diinginkan tanpa diarahkan ke suatu tujuan. Karena itu, bisa dikatakan memiliki motivasi yang tinggi jika usahanya itu difokuskan pada suatu tujuan. Motivasi juga berhubungan dengan ketekunan. Ini menyangkut seberapa lama seseorang mampu bertahan dalam pekerjaannya. Jika menghadapi kesulitan, orang yang memiliki motivasi tinggi tidak mudah menyerah. Dia selalu berusaha mencari celah dari setiap kesulitan yang dihadapinya itu. Baginya, tidak ada kesulitan yang tidak teratasi asalkan kita mau berpikir secara kreatif dan menggunakan berbagai cara untuk mengatasinya (Kiki F. Wijaya, 2007).
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memotivasi belajar anak adalah sebagai berikut :
1.   Jalin hubungan yang harmonis dengan anak.
Hubungan yang dekat dan harmonis dengan anak merupakan prasyarat untuk dapat mengenali karakteristik anak yang penting dalam rangka memberikan motivasi belajar kepada anak.
2.   Kenali karakteristik anak.
Karakteristik anak demikian unik, maksudnya bahwa tidak ada dua individu anak yang memiliki karakteristik sifat, bakat, kemampuan yang sama. Itulah sebabnya, dalam memberikan dorongan belajarnya pun harus disesuaikan dengan karakteristik anak yang bersangkutan, sehingga anak tersebut akan meresponnya dengan perasaan senang. Untuk dapat menanamkan agar anak memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka guru dan orang tua terlebih dahulu harus mengenali bakat, minat, dan kemampuan seorang anak.
3.   Tanamkan cara pandang yang positif tentang manfaat belajar.
Cara pandang adalah suatu kecenderungan seseorang dalam menginterpretasikan sesuatu hal yang dapat menentukan suatu penilaian dan sekaligus mempengaruhi respon kita terhadap sesuatu hal termasuk masalah belajar. Dengan cara pandang yang positif terhadap manfaat belajar, maka seseorang akan memiliki motivasi belajar yang tinggi.
4.   Tumbuhkan cita-cita anak setinggi-tingginya.
Dengan tertanamnya suatu cita-cita yang tinggi mau tidak mau akan mendorong seseorang untuk berupaya sekuat tenaga untuk mencapai apa yang dicita-citakannya. Dengan tumbuhnya cita-cita pada seorang anak, maka  akan menjadi pendorong untuk giat belajar tanpa merasa terpaksa dan tertekan.
5.   Ubah perspektif anak bahwa belajar itu tidak sulit.
Banyak terjadi kalah sebelum berperang. Bila seorang anak mendengar kata misalnya ”pelajaran matematika”, biasanya langsung terbayang bahwa pelajaran matematika itu suatu pelajaran yang sulit, dan bisa diduga untuk selanjutnya anak menjadi enggan dan takut untuk belajar matematika. Padahal bila dia tidak memiliki gambaran yang negatif  dan berupaya  mempelajari pelajaran matematika tersebut,  bisa jadi dia sebaliknya   akan menyenangi pelajaran matematika itu. Oleh sebab itu, penting sekali kepada seorang anak diberikan gambaran bahwa semua pelajaran itu tidak ada yang sulit bila kita mau mempelajarinya dengan baik.
6.   Layani dan fasilitasi belajar anak dengan baik.
Guru dan orang tua harus mengubah paradigma lama yang memandang bahwa  guru dan orang tua yang menentukan segala-galanya, dengan paradigma baru yang memposisikan bahwa guru dan orang tua sebagai fasilitator yang bijaksana yang memfasilitasi agar seorang anak dapat mengembangkan potensi dirinya baik sikap, pengetahuan, maupun keterampilan melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Poin-poin tersebut di atas harus dilakukan secara konsisten dan berulang-ulang hingga menjadi suatu kebiasaan dan menyatu dengan jiwa anak. Sehingga melalui pendekatan-pendekatan seperti tersebut di atas, tujuan pendidikan nasional  tentang kecerdasan maupun sikap mental anak-anak bangsa sebagaimana yang diharapkan akan tercapai secara optimal.

Oleh : Drs. JAHIDIN, M.Pd.

No comments:

Post a Comment