MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK
Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan takwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Th 2003 tentang Sisdiknas
pasal 3).
Begitu idealnya tujuan pendidikan nasional kita demi membentuk SDM
yang bermutu, tentunya untuk mencapai tujuan tersebut harus melalui
pendidikan yang bermutu pula. Berbagai upaya telah dilakukan sebagai
konsekuensi agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.
Misalnya saja dengan dikeluarkannya PP 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Dalam pasal 26 ayat 1 dijelaskan bahwa pada jenjang
pendidikan dasar Standar Kompetensi Lulusannya untuk meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan dapat mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam
pasal 19 ayat 1 dijelaskan bahwa proses pembelajaran harus
dilakukan secara intensif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, mengembangkan
prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Mengacu pada harapan-harapan sebagaimana digambarkan di atas maka
guru dituntut agar memiliki kemampuan untuk dapat mewujudkan
tujuan pendidikan nasional (PP 19 tahun 2005 pasal 28). Selain guru
pihak orang tua juga harus turut serta bekerjasama dengan pihak
sekolah sebagaimana ditegaskan dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 7 bahwa
orang tua berperan serta dan berkewajiban memberikan
pendidikan dasar kepada anaknya.
Sejalan dengan ketentuan-ketentuan tersebut di atas sebenarnya apa
yang dapat dilakukan oleh guru dan para orang tua dalam membentuk
dasar-dasar mental pendidikan anak-anak kita tercinta agar
memiliki pondasi dan kemauan belajar yang kuat ?
Pendidikan dasar adalah pondasi dan merupakan pendidikan yang
melandasi pendidikan yang lebih tinggi. Berhasil tidaknya seorang anak
menempuh pendidikan yang tinggi tergantung pada berhasil atau tidaknya
para guru dan orang tua memberikan pendidikan dasar kepada anak. Dengan
demikian begitu penting dan menentukannya pendidikan dasar ini
sebagai landasan untuk dapat menempuh jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Oleh karena itu, guru-guru bekerja sama dengan para orang
tua murid harus dapat memberikan pendidikan yang terbaik ditinjau dari
kacamata kepentingan anak.
Yang sering terlupakan oleh para guru maupun para orang tua bahwa
untuk keberhasilan sekolah anaknya cenderung dengan cara menjejalinya
dengan materi-materi pelajaran. Lebih celakanya lagi bila si anak sampai
merasa lelah, jenuh, trauma, yang akhirnya berontak sampai mogok
belajar karena merasa berat dengan beban belajar yang dipaksakan di luar
kemauan dan kemampuan anak. Harapan untuk mencapai suatu prestasi bisa
jadi malah sebaliknya suatu kegagalan yang didapat.
Perlu dicermati bahwa anak adalah individu yang dinamis, bukan benda
mati seperti gelas yang siap untuk diisi air semau tuannya tanpa
ekspresi. Anak adalah seorang individu yang penuh potensi untuk
dikembangkan secara bijaksana sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya. Sebenarnya tidak sulit untuk mengembangkan dan memupuk
kemauan belajar siswa, asalkan guru maupun orang tua dapat melakukan
pendekatan-pendekatan yang tepat. Guru dan orang tua harus dapat
menumbuhkan motivasi dalam diri anak agar menyenangi hal-hal yang
positif termasuk belajar. Seorang anak yang telah tumbuh motivasi
belajarnya, tanpa disuruh pun ia akan giat belajar sendiri bahkan kita
akan kewalahan memenuhi ajakan anaknya yang mau belajar. Dan bila anak
sudah semakin dewasa ia akan mempunyai semangat yang tinggi serta
tanggung jawab sendiri terhadap kewajiban belajarnya.
Jadi, permasalahannya bagaimana caranya agar kita sebagai guru dan orang tua dapat memotivasi belajar anak-anaknya ?
Tentang motivasi banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para
ahli. Salah satu pengertian motivasi yang cukup mewakili berbagai
pendapat, dikemukakan oleh Robin bahwa motivasi adalah suatu proses yang
menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam
usaha untuk mencapai suatu tujuan (Kiki F. Wijaya, 2007). Dari
pengertian ini ada tiga kata kunci (
key word), yaitu
intensitas, tujuan, dan
ketekunan.
Intensitas
menyangkut seberapa keras seseorang melakukan usaha. Dikatakan memiliki
motivasi yang tinggi jika mampu menggunakan berbagai sumber daya yang
ada secara maksimal. Tetapi, intensitas yang tinggi belum tentu
membawa hasil yang diinginkan tanpa diarahkan ke suatu
tujuan.
Karena itu, bisa dikatakan memiliki motivasi yang tinggi jika usahanya
itu difokuskan pada suatu tujuan. Motivasi juga berhubungan dengan
ketekunan. Ini
menyangkut seberapa lama seseorang mampu bertahan dalam pekerjaannya.
Jika menghadapi kesulitan, orang yang memiliki motivasi tinggi tidak
mudah menyerah. Dia selalu berusaha mencari celah dari setiap kesulitan
yang dihadapinya itu. Baginya, tidak ada kesulitan yang tidak teratasi
asalkan kita mau berpikir secara kreatif dan menggunakan berbagai cara
untuk mengatasinya (Kiki F. Wijaya, 2007).
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memotivasi belajar anak adalah sebagai berikut :
1. Jalin hubungan yang harmonis dengan anak.
Hubungan yang dekat dan harmonis dengan anak merupakan prasyarat
untuk dapat mengenali karakteristik anak yang penting dalam rangka
memberikan motivasi belajar kepada anak.
2. Kenali karakteristik anak.
Karakteristik anak demikian unik, maksudnya bahwa tidak ada dua
individu anak yang memiliki karakteristik sifat, bakat, kemampuan yang
sama. Itulah sebabnya, dalam memberikan dorongan belajarnya pun harus
disesuaikan dengan karakteristik anak yang bersangkutan, sehingga anak
tersebut akan meresponnya dengan perasaan senang. Untuk dapat menanamkan
agar anak memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka guru dan orang
tua terlebih dahulu harus mengenali bakat, minat, dan kemampuan seorang
anak.
3. Tanamkan cara pandang yang positif tentang manfaat belajar.
Cara pandang adalah suatu kecenderungan seseorang dalam
menginterpretasikan sesuatu hal yang dapat menentukan suatu penilaian
dan sekaligus mempengaruhi respon kita terhadap sesuatu hal termasuk
masalah belajar. Dengan cara pandang yang positif terhadap manfaat
belajar, maka seseorang akan memiliki motivasi belajar yang tinggi.
4. Tumbuhkan cita-cita anak setinggi-tingginya.
Dengan tertanamnya suatu cita-cita yang tinggi mau tidak mau akan
mendorong seseorang untuk berupaya sekuat tenaga untuk mencapai apa yang
dicita-citakannya. Dengan tumbuhnya cita-cita pada seorang anak,
maka akan menjadi pendorong untuk giat belajar tanpa merasa
terpaksa dan tertekan.
5. Ubah perspektif anak bahwa belajar itu tidak sulit.
Banyak terjadi kalah sebelum berperang. Bila seorang anak mendengar
kata misalnya ”pelajaran matematika”, biasanya langsung terbayang bahwa
pelajaran matematika itu suatu pelajaran yang sulit, dan bisa diduga
untuk selanjutnya anak menjadi enggan dan takut untuk belajar
matematika. Padahal bila dia tidak memiliki gambaran yang negatif
dan berupaya mempelajari pelajaran matematika tersebut, bisa
jadi dia sebaliknya akan menyenangi pelajaran matematika
itu. Oleh sebab itu, penting sekali kepada seorang anak diberikan
gambaran bahwa semua pelajaran itu tidak ada yang sulit bila kita mau
mempelajarinya dengan baik.
6. Layani dan fasilitasi belajar anak dengan baik.
Guru dan orang tua harus mengubah paradigma lama yang memandang
bahwa guru dan orang tua yang menentukan segala-galanya, dengan
paradigma baru yang memposisikan bahwa guru dan orang tua sebagai
fasilitator yang bijaksana yang memfasilitasi agar seorang anak dapat
mengembangkan potensi dirinya baik sikap, pengetahuan, maupun
keterampilan melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
Poin-poin tersebut di atas harus dilakukan secara konsisten dan
berulang-ulang hingga menjadi suatu kebiasaan dan menyatu dengan jiwa
anak. Sehingga melalui pendekatan-pendekatan seperti tersebut di atas,
tujuan pendidikan nasional tentang kecerdasan maupun sikap mental
anak-anak bangsa sebagaimana yang diharapkan akan tercapai secara
optimal.
Oleh : Drs. JAHIDIN, M.Pd.